Ada
sebuah janji di dalam Al-Qur’an bahwa Allah s.w.t. akan memelihara Islam saat
menghadapi bahaya dan percobaan seperti diungkapkan dalam ayat: “Sesungguhnya
Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah
pemeliharanya”. (QS.Al-Hijr(15):10). Sesuai dengan janji tersebut maka Allah
yang Maha Perkasa akan menjaga Firman-Nya dengan empat cara. Pertama, melalui
daya ingat mereka yang telah menghafal keseluruhan Al-Qur’an sehingga keutuhan
teks dan urutannya tetap terjaga. Pada setiap zaman terdapat ratusan ribu orang
yang menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dimana jika ada yang menanyakan satu
kata saja, mereka ini dapat mentilawatkan kalimatnya. Melalui cara ini
Al-Qur’an dipelihara terhadap penyimpangan verbal sepanjang masa. Kedua,
melalui ulama-ulama akbar di setiap zaman yang memperoleh pemahaman Al-Qur’an,
dimana mereka ini menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan Hadits, sehingga dengan
cara tersebut Firman Tuhan terpelihara dari penyimpangan penafsiran dan arti.
Ketiga, melalui para cendekiawan yang mengungkapkan ajaran Al-Qur’an
berdasarkan logika dan dengan demikian memeliharanya terhadap serangan dari
para filosof yang berpandangan cupat. Keempat, melalui mereka yang mendapat
karunia keruhanian dimana mereka di setiap zaman menjaga Firman Suci Tuhan
terhadap serangan-serangan dari mereka yang menyangkal mukjizat dan wawasan
keruhanian. (Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; sekarang dicetak
dalam Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 288, London, 1984). * * * Jangan sampai
umat Islam berpandangan bahwa turunnya wahyu dimulai dengan kedatangan Nabi
Adam a.s. dan telah berakhir dengan selesainya penugasan Hadzrat Rasulullah
s.a.w. sehingga setelah beliau lalu dianggap wahyu Ilahi tidak ada lagi.
Janganlah kita mempunyai keyakinan seperti bangsa Hindu yang berpendapat bahwa
Firman Tuhan hanya terbatas kepada apa yang sudah disampaikan-Nya saja. Sejalan
dengan aqidah Islam, yang namanya firman, pengetahuan dan kebijakan-Nya,
sebagaimana juga Wujud-Nya, adalah bersifat tidak terbatas. Allah yang Maha
Agung berfirman: “Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk
menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum
kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi
sebagai bantuan tambahan”“. (S.18 Al-Kahf:110). Kami memahami telah berhentinya
wahyu Ilahi turun ke bumi dalam pengertian bahwa karena yang telah diturunkan
berupa Al-Qur’an sudah sangat lengkap guna memperbaiki kondisi umat manusia
maka tidak akan ada lagi kaidah baru. Pada saat diturunkannya Al-Qur’an
tersebut, segala hal yang berkaitan dengan akhlak, aqidah dan perilaku manusia
sudah rusak sama sekali dimana segala bentuk penyimpangan dan kejahatan telah
mencapai puncaknya. Karena itulah ajaran yang dibawa Al-Qur’an bersifat sangat
komprehensif. Dalam pengertian inilah dikatakan bahwa kaidah yang dikemukakan
Al-Qur’an bersifat sempurna dan terakhir atau final, sedangkan kaidah yang
dibawa oleh Kitab-kitab suci terdahulu itu tidak lengkap karena tingkat
kejahatan manusia di masanya belum mencapai klimaks sebagaimana saat
diturunkannya Al-Qur’an. Perbedaan di antara Al-Qur’an dengan Kitab-kitab yang
diwahyukan lainnya adalah meskipun Kitab-kitab itu dipelihara dengan segala
cara, tetapi karena ajaran yang dibawanya tidak sempurna maka masih diperlukan
diwahyukan¬nya Al-Qur’an sebagai ajaran yang paling sempurna. Hanya saja tidak
akan ada lagi Kitab lain yang akan diwahyukan setelah Al-Qur’an karena tidak
ada sesuatu yang bisa melampaui apa yang namanya kesempurnaan. Bilamana
diandaikan bahwa prinsip-prinsip hakiki dari Al-Qur’an bisa disesatkan seperti
halnya Veda dan Injil dimana manusia menciptakan sekutu bagi Tuhan-nya serta
ajaran Ketauhidan Ilahi diselewengkan dan disesatkan sehingga berjuta-juta umat
Islam lalu mengikuti syirik dan menjadi penyembah makhluk, maka dalam keadaan
seperti itu bisa jadi perlu diwahyukan syariat baru dan diutus seorang Rasul
baru. Namun perandaian seperti ini jelas tidak masuk akal. Penyesatan ajaran
Al-Qur’an tidak mungkin terjadi karena Allah yang Maha Agung telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya
Kami-lah pemeliharanya”. (S.15 Al-Hijr:10). Kebenaran daripada nubuatan ini
telah dibuktikan sepanjang sejarah selama 1300 tahun terakhir. Sejauh ini tidak
ada ajaran pagan atau penyembahan berhala bisa berhasil menyusup ke dalam
Al-Qur’an sebagaimana yang terjadi pada Kitab-kitab suci lainnya. Pikiran waras
pun tidak bisa membayangkan bahwa hal seperti itu dapat terjadi. Berjuta-juta
umat Islam telah menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dan terdapat ribuan buku
tafsir yang akan menjaga arti dan pengertiannya. Ayat-ayatnya ditilawatkan
dalam shalat lima kali sehari dan Kitab ini dibaca orang setiap hari. Kitab ini
dicetak di semua negeri-negeri di dunia dalam jumlah jutaan buku dimana
ajarannya karena diketahui oleh setiap orang sehingga kita pun menyadari secara
pasti bahwa adanya perubahan atau penyimpangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
merupakan suatu hal yang sama sekali tidak mungkin terjadi.
(Barahin Ahmadiyah,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 100-102, London, 1984)
0 komentar:
Posting Komentar